Jacques Derrida

Jacques Derrida adalah tokoh utama teori dekonstruksi. Ia lahir di El-Biar, Aljazair yang agak terpencil, pada 15 Juli 1930. Pada masa kecilnya ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana cara kolonialisme mencengkramkan kekuasaannya di tanah-tanah jajahan. Pada 1949, Derrida pindah ke Prancis untuk melanjutkan sekolah. Pada 1952, Derrida resmi belajar di Ecole Normal Superiuere (ENS), sekolah elite yang dikelola oleh Michel Foucault, Louis Althusser, dan para filsuf Prancis lain. Setelah lulus, Derrida menyempatkan diri belajar di Hussrl Archive, salah satu pusat kajian fenomenologi di Louvain, Prancis. Pada 1960, Derrida mendapat panggilan mengajar filsafat di Universitas Sorbonne. Empat tahun berikutnya, sejak 1964 sampai 1984, Derrida mengajar di ENS (Al-Fayyadl, 2005).

Awal kemunculannya adalah pada 1966 ketika ia menyampaikan sebuah ceramah paling legendaris di Universitas John Hopkins, dengan judul “Structure, Sign, and Play in the Discourse of the Human Science” salah satu pernyataannya adalah:

Karena arti dari “tanda” selalu telah dipahami dan ditentukan , dalam artian, sebagai tanda-dari, sebuah penanda mengacu pada petanda, sementara penanda adalah suatu yang berbeda dari yang ditandai. Jika seseorang menghapus perbedaan antara penanda dan petanda secara radikal, adalah kata “penanda” itu sendiri yang harus ditinggalkan sebagai konsep metafisik.  (Derrida, 1979; 354-355)

Secara pemahaman umum, pernyataan di atas mengarah pada perlawanannya terhadap konsep metafisika Barat. Bahwa ketika sebuah tanda mengacu pada penandanya, dan tanda tersebut pasti berbeda dengan penandanya. Maka ketika salah satunya dihapus, tanda dengan sendirinya akan kehilangan konsep metafisiknya. Bagi Derrida, di balik teks, tidaklah terdapat kekosongan, melainkan sebuah teks lain: suatu jaringan keragaman kekuatan-kekuatan yang pusat referensinya “signified “ tidak jelas.

Kemudian ia menerbitkan tiga bukunya yang sangat berpengaruh pada tahun 1967 yaitu Of Grammatology, Speech and Phenomena, dan Writing and Difference. Ketiga buku tersebut dipakai untuk membaca berbagai macam teks, baik sastra maupun non-sastra. Dekonstruksi Derrida adalah sebuah percobaan untuk mengguncang fondasi filsafat metafisik Barat. Dekonstruksi ini memberikan kritik tajam terhadap strukturalisme dan mendapatkan pengaruh dari fenomenologi Husserl dan Heidegger.

Apa itu Dekontruksi?  Barbara Jhonson, (“Translator’s Inroduction” dalam Derrida, 1981: xiv) mengatakan bahwa Dekontruksi adalah strategi mengurai teks. Istilah “de-konstruksi” sendiri sebenarnya lebih dekat dengan pengertian etimologis dari kata “analisis”, yang berarti “mengurai, melepas, membuka” (to undo) ketimbang pengertian etimologis kata “destruksi”. Kalau kita membuka Webster’s Unabridged Dictionary, kita akan menemukan pengertian analisis sebagai “the separating of any material or abstract entity into its constituent elements”. Ini mirip dengan pengertian “deconstruct”, yang berarti “to beak down into constituentn parts”. Kedekatan etimologis ini menunjukkan bahwa dekonstruksi lebih dimaksudkan sebagai strategi mengurai struktur dan medan pemaknaan dalam teks ketimbang operasi yang merusak teks itu sendiri. Maka tujuan dari dekonstruksi adalah mengurai oposisi hierarkis dalam teks. Karena itu, jika sebuah teks didekonstruksi, yang dihancurkan bukanlah “makna” tetapi “klaim” bahwa satu bentuk pemaknaan terhadap teks “lebih benar” dari pada pemaknaan lain yang berbeda.

Sebagai ciri utama teori postrukturalisme, baik dalam bidang filsafat maupun sastra, dekontruksi tetap memiliki definisi perbedaan sekaligus ciri khas jika dibandingkan dengan teori-teori poststrukturalisme pada umumnya. Ratna (2007:222) memamparkan bahwa dekontruksi, sebagaimana dikemukakan oleh Derrida (1976), adalah penolakannya terhadap logosentrisme dan fonosentrisme yang secara keseluruhan melahirkan oposisi biner dan cara-cara berpikir lainnya yang bersifat hierarkis dikotomis. Kecenderungan utama oposisi biner adalah anggapan bahwa unsur yang pertama merupakan pusat, asal-usul, dan prinsip, dengan konsekuensi logis unsur yang lain menjadi sekunder, marjinal, manifestasi, dan padanan pelengkap lainnya. Cara-cara pemecahannya pun dilakukan secara khas oleh Derrida, yaitu melalui difference / differance, yang berarti membedakan dan menunda.

Meski demikian, Dekontruksi-nya Derrida tidak serupa dengan Destruksi-nya Heidegger. Dalam pandangan Derrida, Heidegger boleh dikatakan gagal menjadikan Destruksi untuk meruntuhkan metafisik Barat. Dan kalau pun ia berhasil, ia pun hanya meruntuhkan bangunan dengan menggunakan batu yang sudah tersedia dalam bangunan itu, sedangkan Derrida sendiri hendak “melakukan perubahan dengan membongkar tanahnya sekalian dan merobohkan tatananya, membetot seseorang di dalamnya secara brutal ke luar serta mencanangkan pemutusan hubungan secara total” (Derrida, 1982: 135).

di bawah ini adalah beberapa karya tulis Derrida dalam bentuk buku atau kumpulan artikel, juga tulisan yang menanggapi pemikiran Derrida. bisa anda unduh guna pemahaman yang lebih terperinci tentang dekontrusi. semoga bermanfaat dan mari berbagi.

– Acts of Religion unduh

– Aporias unduh

– Deconstructions and Pragmatism unduh

– Dissemination

– Geneses, Genealogies, Genres unduh

– Glas unduh

– Linguistics and Grammatology

– Margins of Philosophy

– Memoirs of the blind – The Self-Portrait and Other Ruins

– Monolinguism unduh

– of Grammatology unduh

– Religion

– Religion and Postmodernism – ISLAM AND THE WEST

– Rogues

– Speech and Phenomena and Other Essays on Husserl’s Theory of Signs

– Spurs

– The Gift of Death

– The Postcard unduh

– Writing and Difference unduh

– Dr Maria Hobson – Jacques Derrida_Opening Lines

Leave a comment